Tampilkan postingan dengan label My Life Journey. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Life Journey. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Oktober 2016

Diujung Tanduk..

Aku ingat betul gimana rasanya saat kehidupanku dan keluargaku berada pada puncaknya. Mau beli apapun, mau pergi kemanapun itu ga jadi masalah. Semuanya bisa dibeli dengan uang. Keluargaku yang dulu-dulunya adalah keluarga yang kekurangan saat itu berubah menjadi lebih baik. Dihormati orang-orang, disegani tetangga-tetangga, banyak orang terbantu terutama dari segi mata pencaharian. Kalian tau sendiri kan kampung kami kebanyakan sawah, kebanyakan mata pencahariannya tani dan buruh. Adanya usaha konveksi ibu tetangga sekitar sedikit terbantu dengan bekerja pada ibu. Ibu adalah sosok yang sangat menginspirasiku sampai saat ini. Kebaikannya pada orangtuanya, keluarganya, kerabatnya, tetangganya, karyawannya dan lain-lain. Seseorang yang sangat gigih dan giat bekerja, tak pernah kenal lelah, mempunyai mimpi-mimpi yang sangat besar, rasa sayangnya pada keluarga, dermawan, bertanggungjawab pada keluarga, pejuang hidup yang tangguh :’) setiap aku bercerita tentang ibu pasti aku netesin air mata, seperti sekarang ini :( ga tau juga sih reflek gitu aja.  Allohummagfirlaha war hamha wa ‘afihii wa’ fu ‘anha. Aammiin.

Sekitar ahun 2003 adalah puncak kejayaan usaha ibu dan bibiku. Oh ya bibi ku sebut saja bi Nina (samaran) sudah mempunyai rumah sendiri di atas rumah kami. Hanya berjarak kisaran 20 meter dari rumahku. Dan bibiku kala itu menikah lagi dengan seorang pengusaha sapi dari kampung sebelah. Dan bibiku itu adalah madunya. Terlalu private sebenarnya aku harus bercerita masalah ini dalam blogku yang bisa dilihat banyak orang. Bukan aku membuka aib keluarga, aku hanya ingin sedikit bercerita dan mudah-mudahan setiap yang aku ceritakan bisa menginspirasi banyak orang dan kita semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidupku. Selain itu aku meminta kritik dan sarannya dari semua pembaca. Terimakasih sebelumnya ya :)

Kembali lagi pada bibiku. Karena usaha ibu sudah mulai rada goncang, dan modalnya semakin berkurang. Hadirlah suami dari bi Nina yang pengusaha itu. Ia membantu dari segi modal. Akhirnya usaha bisa kembali stabil dan jalan. Sampai bisa menikahkan anaknya Wa Diyat (samaran) dirumah bibiku, sampai bisa potong sapi waktu itu. Terbilang mewah lah di kampungku. Wa Diyat adalah uwa dari ibu yang tinggal bersama kami, sakit diabetes dan sudah ceerai dengan istrinya. Masih ingat kan?
Tapi kestabilan itu tidak belangsung lama. Anehnya ya waktu barang-barang di jual di tanah abang setiap barang produksi ibu tidak laku tetapi barang produksi Pak Haji (Suami bi Nina) itu laku, padahal sama-sama di produksi ibu. Hanya dibedakan dari kepemilikannya saja pedahal. Bi Nina masih terus berjualan saja karena termodali oleh Pak Haji. Ibu sudah kehabisan modal, hutang dimana-dimana, karyawan harus dibayar. Usaha ibu sudah di ujung tanduk! Sedangkan bi Nina masih bisa memasarkan barang-barang dari orang lain seperti dari tasik, soreang, dll. Masih ada yang memodali.

Ibu mulai berpikir dan berpikir harus dibawa kemana perusahaannya. Ibu mulai memberhentikan karyawan-karyawannya. Tidak tersisa karyawan yang stay di rumah satu pun. Dengan sedikit uang yang masih ada ibu beli kain korea yang waktu itu ngehits dan dibuatlah kerudung “tsunami” (yang langsung pakai ada petnya). Masih ada 1-2 orang karyawan yang menjahit saja seingat aku. Mereka adalah tetangga dekat. Dan ga terlalu banyak produksi juga. Usaha rumahan saja. Kemudian kerudung polos yang sudah jadi ibu tempelkan manik-manik pada petnya, kala itu memang sedang musim sekali kerudung model seperti itu. Dan dijual ke pasar-pasar kecil saja dengan kuantitas yang ga terlalu banyak. Oh ya pernikahan bi Nina dan Pa Haji tidak berlangsung lama hanya 1 tahun lebih saja :( Pa Haji kembali lagi pada istri pertamanya :)

Usaha ibu makin hari makin ga jelas sedangkan angsuran pada bank harus di bayar tiap bulannya. Mulai satu persatu perabotan rumah dan mesin-mesin di jual untuk menutup hutang :’) kebun, sawah, kolam ikan di jual juga karena pemasukan kurang untuk membayar hutang :’) ayah kemana? Dia tidak seperti ibu yang sangat bertanggungjawab, tidak punya banyak skill, dan cenderung mencari titik aman. Hanya ke sawah, dan sedikit membantu pekerjaan di rumah. Terlalu enak menggantungkan hidup pada ibu yang dulu serba ada. Dan sekarang sudah berada di titik yang sangat curam, dia tidak bisa berbuat apa-apa :(((

Ibu bilang waktu itu, bagaimana kalau ibu menjadi tkw saja ke Arab. Aku sangat tidak setuju. Aku marah dan aku kesal sekali. Aku tidak bisa jauh dari ibu, aku masih kecil, aku butuh ibu, aku nyaman bersama ibu, aku harus dengan siapa kalo tidak dengan ibu, bagaimana sekolahku nanti, bagaimana biaya-biayaku nanti, uang jajanku aku harus minta dari siapa?. Begitu lah kurang lebihnya yang  ada di kepala gadis kelas 4 SD itu. Aku tau niat ibu baik. Pikiran ibu sudah buntu memang saat itu. Mengingat tiap hari dikejar-kejar hutang membuat ibu sedikit depresi. Sedangkan anak-anaknya harus tetap sekolah dan terbiayai. Aku mungkin akan mengerti saat itu kalau aku sudah sebesar sekarang ini :’)

Bi Nina menikah lagi, tepatnya dengan orang Tasik. Dan ini adalah pernikahannya yang ke 4. Hehe Dan anaknya Aska (samaran) bersama nenek. Bibiku ini bukan tipe cewe rumahan atau ibu rumah tangga. Sukanya dagang, nyari uang. Terbiasa dari dulu mungkin semenjak bercerai dengan suami pertamanya atau ayahnya Aska. Usaha Bi Nina saat itu masih jalan. Masih ada orang yang mempercayai ngasih barang untuk dijual tanpa harus membayar dp, ada juga yang pakai dp. Dibantu dengan suami barunya Bagas (samaran) dia masih bisa jualan ke pasar-pasar kecil. Dan kalian harus tahu kalo bi nina itu gemuk, pendek, hitam, tidak cantik sih. Tapi dia nya sendiri yang suka ngaku cantik. Haha aku memang sangat dekat dengan bi Nina jadi maklum kalo sering bercanda. Oh ya dan Bagas ini menurutku terlalu tampan untuk seorang bi Nina, badannya tegap, hidung mancung, dan wajahnya mirip-mirip artis gitu. Berbeda sekali dengan Pa Haji yang selisih umurnya lumayan jauh dgn Bi Nina. Wkwk Maapkan aku ya kubiiiiin (panggilan sayang ke bi Nina) :D

Pada waktu itu bi Nina masih mempunya toko di Tanah Abang, dan dia juga bertemu dengan Bagas ini di Tanah Abang. Bagas ngakunya sih dia juga dagang di Tanah Abang. Karena usulan dari Bagas, bi Nina menjual Toko yang di tanah abang dan hasilnya dibelikan ke mobil carry merah marron (aku ingat bener). Dan kalian tau, mobil itu harus atas nama Bagas. Bi Nina hanya menurut saja. Entah apa yang membuatnya sangat menurut kpd laki-laki itu. Dia yang tadinya mengaku duda lama-lama terbongkar kalau dia punya anak istri yang masih sah, dan dia yang ngaku bos ternyata bullshitt. Bi Nina yang tadinya mulutnya bungkam seperti terkunci tidak mau cerita apa-apa kepada keluarga akhirnya mulai terbuka. Dan bi Nina mencari tahu latar belakangnya si Bagas menyusul ke rumah neneknya yang ada di atas gunung Tasikmalaya. Dan terdengar kabar kalo si Bagas itu penipu, punya istri dan anak, dan dulu saat bertemu bi Nina di Tanah Abang dia hanya seorang Supir bosnya yang juga jualan di Tanah Abang bukan seorang bos seperti yang diucapkannya. Benar-benar penipu kelas kakap! Mobil sudah atas nama si Bagas dan barang-barang jualan yang statusnya di amanahkan untuk dijual di bawanya kabur entah kemana! Dia menghilang bak ditelan waktu! Bi Nina tertipu! Tertipu ketampanannya, tertipu omong kosongnya, tertipu statusnya, tertipu segala-galanya :( Usaha bi Nina hancur. Tapi Bi Nina masih punya satu kios di Kotaku sehingga masih ada pemasukan meskipun kios juga mulai sepi.

Sangat menguras emosi sekali kalau aku bercerita masa lalu kehidupanku :’) Penuh dengan liku, tanjakan dan turunan curam :’) terlalu panjang, next aku cerita di judul baru :) semoga bisa mengambil hikmah dari setiap partnya :')



Rabu, 28 September 2016

Perbaikan hidup dimulai..


Cita-cita ibuku perlahan-lahan terwujud. Punya perusahaan konveksi jilbab dan busana muslim terlaksana. Dengan bermodalkan pinjaman dari Bank hasil menggadai sertifikat rumah akhirnya usaha berjalan bisa berjalan lebih baik. Ibu bagian produksi dan bibi bagian marketing. Dengan merekrut beberapa orang karyawan sekitaran rumah ,usaha ibu sedikit demi sedikit mulai berkembang. Permintaan pasar meningkat, relasi lebih luas, dan target market pun melebar. Bibi memang jago dalam hal melobi dan negoisasi makanya dia dapet posisi bagian marketing. Dengan berawal memasukkan produk ke pasar-pasar kecil sekitaraan Ciamis. Misalnya Kawali, Rancah, Rajadesa, Panjalu, Banjar dll. Sampai akhirnya kenal dengan orang Kota Sebelah yang notabene nya memang banyak pengusaha konveksi baju muslim. Dia mengajak bibi untuk berjualan ke Tanah Abang di rombongannya. Alhamdulillah puji syukur, perbaikan hidup dimulai.

Allah memberikan jalan lewat Kang Uus dari Tasik. Produk ber-merk “Elina Collection” mulai dikenal masyarakat luas. Sampai pulau sebrang sekalipun. Namanya juga Tanah Abang, pusat perbelanjaan terbesar se-Asia Tenggara. Pasti banyak konsumen yang hendak memborong, dan benar saja semakin lama pangsa pasar semakin luas. Produksi semakin meningkat dan karyawan semakin bertambah. Puncaknya usaha ibu ada di tahun 2002-2003 kalo ga salah. Karena kebanyakan uang berputar dalam jumlah besar, mulailah bisnis ibu bermain giro dan cek.

Oh ya, ayah mulai berhenti menjadi buruh di Jakarta. Bapak mulai berdagang memasarkan produk ibu ke pasar-pasar kecil. Tapi ayah tidak sehebat bibi. Memang ya setiap orang itu berbeda-beda bakatnya. Kalo bibi memang dari kecil bakat dagang sudah terlihat, makin diasah makin hebat dia berdagangnya. Kalo ayah kurang dalam hal berdagang, jadi ya segitu-gitunya aja. Banyak piutang macet di luar. Pendapatan tidak seimbang dengan barang yang laku dijual. Setiap ayah pulang berdagang, aku selau “moro-moro” aku minta uang buat di masukkin ke celengan. Hihi jamannya aku seumur gitu suka saingan sama temen-temen, siapa yang paling banyak isi celengannya. Wkwk
Karena usaha ibu masyarakat sekitar terbantu, mulai saudara, tetangga sampai orang-orang luar ciamis. Ada yang bekerja membordir, menjahit, mengepak barang, menyolder dll. Bukan aku sombong atau riya yah.. tp inilah faktanya. Bahwa ibu benar-benar sangat menginspirasiku lewat hal-hal baik yang beliau lakukan. Membantu saudaranya, mengurus orangtuanya, memperkerjakan tetangganya, menafkahi keluraganya dan hal-hal bermanfaat lainnya. Sungguh mulia pengorbanan dan perjuangannya, terutama untuk keluarga tercinta :) begitu pula pandangan orang lain terhadapnya, sama dengan pandanganku :)

Rumah ku mulai diperbesar, karena bagian belakang untuk pekerja, dan depan untuk rumah pribadi. Karyawan ibu mulai banyak, baik yang stay menginap di rumah atau yang di luar. Pekerjaan bisa sampai larut malam. Ibu bekerja tidak kenal lelah mengatur segala permasalahan produksi. Kadang aku ga kurang terurus juga :’) untung ada yang bantu urus pekerjaan rumah, jadi aku rada terurus juga. Kain-kain memumpuk sampai ruang tamu saking ga muatnya. Aku ingat betul waktu itu. Suara mesin bordir, jahit, dan obras adalah makanan sehari-hariku.

Setiap Minggu malam dan rabu malam, saudara dan tetangga membantu mengepak barang untuk siap dijual ke Tanah Abang. Itu berarti jadwal aku dan temen-temen main di lapang deket rumah. Karena ibu-ibu yang bantu disitu biasanya pada bawa anaknya, jadi kita bisa main-main :p atau ngga kita bisa bantu pekerjaan ringan, kaya masukin pita ke kerudung, atau  masukin baju ke plastik, udah gitu nanti dikasih uang sama ibuku. Hehe

Seneng banget ya jaman-jamannya umur 8-9 tahun gitu. Ga ada beban sama sekali. Cuma tau belajar sama main :’)

Yang namanya usaha lagi di puncak-puncaknya, suka ada aja yang iri, ga suka liat keberhasilan orang lain. Itu pasti, selalu gitu. Apalagi di kampung. Dan yang iri itu tetangga sama saudara sendiri :’) dan jahatnya mereka sampai main dukun/paranormal buat hancurin usaha ibuku :’( itu yang aku dengar dari orang-orangtuaku. Dan sangat berpengaruh sampai detik ini (Pukul 14.57. Rabu, 28 September 2016). :( :( :(

Diatas adalah sekelumit cerita saat usaha ibuku sedang berada di puncaknya :) mohon maaf atas segala kekurangan di setiap kata dan kalimatnya :)




Jumat, 23 September 2016

Rumah baru, lingkungan baru, kehidupan baru...

Agak lupa juga sebenernya sih nginget-nginget memory jaman orok 3,5 tahun :’) tapi aku berusaha untuk bercerita berusaha ngumpulin informasi dari orang-orang tua yang masih ingat kejadian dulu waktu aku masih kecil.
Aku pindah di kampung bernama “Bangunsirna” saat usia masih 3,5 tahun. Alasan kenapa aku pindah udah pada tahu pasti ya dari cerita aku sebelumnya. Yaa namanya juga manusia harus ikhtiar, kalo diem di suatu rumah atau kampung ga nyaman, usaha jadi ga jalan, kehidupan keluarga tiba-tiba ga harmonis, ikhtiarnya dengan hijrah ke tempat baru yang insyaallah lebih nyaman dalam menjalani kehidupan.
Aku kurang inget tepat tanggal berapa2nya, yang aku inget sedikit-sedikit aja. Waktu itu keluargaku pindah ke rumah baru mengangkut barang dengan menggunakan “kolbak”. You know what is “kolbak”? Sejenis mobil yang punya bak terbuka di belakannya. Lupa lagi bahasa Indonesianya apa. haha
Ga tau pagi, siang atau sore pindahannya, bener2 butek ni otak, ga inget jaman-jamannya taun 96 97an. Langsung aja yaa.. keluargaku pindah ke sebuah rumah baru di ujung gang. Bener-bener paling ujung dah, belakang kebon, samping rumah empang sama sawah bertebaraaaan.. cocok buat villa kayaknya atau ga buat “niis” gitu. Rumahnya sederhana ga gade-gede amat ga kecil-kecil amat, cukuplah buat nampung keluargaku. Oh ya depan rumah kami ini ada pohon manggis gede tinggi banget,umurnya kaya udah puluhan tahun deh, jadi kalo ngeliat rumah dr jauh tuh agak gelap  gitu. But we don’t worry about that :') mau di tebang punya orang. Ya udah biarin aja deh.
Hari itu adalah lembaran baru bagi kami, rumah baru, lingkungan baru, tetangga baru, kehidupan baru tentunya :) ga tau kenapa ya, dapet rumah yang lingkungannya pesantren mulu. Alhamdulillah bersyukur banget sih. Kesempatan buat aku bisa belajar ngaji, biar religius dan paham agama juga. Tetangga ga terlalu padet soalnya lingkungan kampung terpojokkan gitu, ke jalan yang bisa lewat mobil itu ada kali 200 meter lebih mah :’) ndesooo. Tempat maen juga kebon, sawah, empang sama cileeur, anak desa banget ga sih :-B
Lingkungan tempat aku tinggal sekarang itu kebanyakan anak cowok semua. Maklum jadi ikut-ikutan cowo kalo maen. Kaya maen layangan di sawah, maen kelereng, “nyair lauk” di sawah orang, kucing-kucingan, “ngaliwet” pinggir cileeur, renang di empang, naek-naek pohon rambutan, maen karembol, gapleh, remi, ps dll, maklumin aja ya :’)
Oh ya aku tinggal di rumah ini sama ayah ibu, aa, nenek dari ibu, bibi dari ibu, anaknya bibi, sama uwa yang sakit diabetes terus ditinggal istrinya, akhirnya tinggal bersama kami. Kakek nyusul waktu itu karena masalah tempat juga, ngga mungkin serumah karena tau sendiri ya kakek sakitnya rada aneh gitu. Ayah kerja di tempat mebeul di jakarta, sedangkan ibu emang punya skill menjahit dan membordir jadi suka bikin jilbab, baju muslim, kek gitu-gitu. Pertama-tama suka ngerjain baju orang aja jual jasa menjahit nya. Karena ibu orangnya gigih dan punya mimpi yang besar dia mulai buka praktek belajar bordir. Udah gitu juga bikin jilbab buat di jual. Awal-awal ibu jual ke pesantren Darussalam yang ada di Cijantung sana. Pesantrennya gede, santrinya banyak, jadi target market nih buat jualan jilbab. Ibu mulai produksi jilbab banyak, dan bibi aku yang jualinnya. Ibu bagian produksi dan bibiku ini pemasarannya. Mulai deh di masukkin ke toko di pasar-pasar kecil. Alhamdulillah respon nya baik dan permintaan barang meningkat :D
Ibu dan bibi punya mimpi-mimpi besar, mereka wanita-wanita hebat yang sangat gigih. Aku kagum sama mereka. oh ya kenapa bibiku tinggal bersama kami? Pertama karena hubungannya dengan suaminya sudah pisah (cerai)
, pertama bibi ngontrak di pinggir jalan dan akhirnya tinggal bersama kami dan usaha bersama kami. Keluarga adalah tim terbaik dalam usaha, harus saling mendukung, saling membantu, saling merangkul .Aku menyayangi keluargaku :)
Rumah baru ini merubah kehidupan kami menjadi lebih baik, terutama dalam masalah rezeki. Alhamdulillah semoga tidak ada orang-orang yang berniat merusak kebahagiaan keluarga kami :))

Maafkan penulis atas kalimat-kalimat yang kurang tertata, bahasa yang campur aduk, dan tulisan yang belepotan. hehe

Selasa, 07 Juni 2016

Turalak, Sedikit Memori Terekam Disana

Turalak, adalah nama kampung kelahiranku.
Aku lahir dari keluarga yang biasa saja. Tidak ada keturunan ningrat, pegawai pemerintahan, kiayi ataupun tokoh-tokoh penting dalam sejarah keluargaku.
Ayahku seorang buruh biasa, banyak menganggurnya malah kata nenekku. Ibuku buka usaha warung di rumah dan dia juga bisa menjahit dan membordir. Multitalent woman, strong woman, inspirated woman I ever have. Yeah, it's you mom :*
Di rumah aku tinggal dengan ayah, ibu, nenek dan kakek dari ibu, bibi adik ibu, dan kakak laki-lakiku. Sebelah rumah kami adalah tempat tinggal kakek dan nenek dari ayah. Kakek dari ayah punya usaha bikin kecap dan orang yang cukup berada. Dan memiliki anak 6. 
Sebenernya ayah dan ibu masih ada ikatan saudara. Sepupuan gitu. Jaman dulu sistem Siti Nurbaya itu masih berlaku aja :( Ibu kala itu dijodohkan dengan ayah yang selisih usianya 11 tahun. Ibu menikah saat usia 16th, dan ayah usia 27th.
Sejak kecil aku memang kurang teurus katanya :'( sedih bgt yah! Ibu yang sangat sibuk cari uang untuk menghidupi keluarga, ayah bekerja sebagai buruh di jakarta. Nenek dan bibiku juga membantu ibu mengurusi warung. Ibu juga sambil mengurusi jahhitan dan bordiran dari tetangga sekitar. Super busy woman! Sangat berbanding terbalik dengan ayah yang kurang pekerja keras, malas, dan cenderung menerima nasib yang ada. 
Oh ya karena warung ku ada di seberang pesantren, pelanggannya pun banyak. Terutama santri-santri yang makan dan jajan di warung kami. Makanya warung kami laris sekali. Sehingga aku kurang terurus dengan telaten juga :') Yang momong aku siapa aja, kebanyakan santriawan dan santriawati yang memang mau beli sesuatu ke warung. Kalo aku udah dimandiin, dibajuin, dibedakin, pokoknya udah wangi. Aku ditaro aja di depan halaman rumah. Udah standbye aja gitu :') Entar mah siapa aja yang nyomot terus momong aku :')
Aku tumbuh dan berkembang di kampung ini sekitar 3,5 tahun. Karena keluargaku kemudian pindah ke kampung sebelah karena suatu alasan.
Siang itu cuaca cerah seperti biasa. Dagangan sudah terbaris rapi. Gorengan-gorengan sudah tertata lengkap di wadah siap untuk dijual. Entah ada angin apa tiba-tiba hari itu pelanggan ga ada satupun yang datang. Santri ga ada satupun yang beli. Sepi! Istilahnya lalatpun ga ada yang lewat saking sepinya!
Hari sebelumnya warung rameeee sekali santri pada makan dan jajan diwarung, sampe masuk ke dalem rumah karena kurangnya bangku untuk duduk diwarung. Hanya untuk sekedar lewat aja susah. Dan besoknya, berbeda sangat berbeda! Hari-hari berikutnya pun sama, semuanya ga masuk akal. Aneh. Misterius!
Akhirnya keluargaku bertanya pada seorang "ajengan" (bukan dukun, bukan paranormal) yang memang sudah tersohor kala itu di sekitar kampungku. 
Dan memang katanya ada yang iri terhadap usaha ibuku. Ada yang menaruh sesuatu di atas atap rumah yang membuat usaha bangkrut. Dan yang menaruhnya adalah adik ayah sendiri. Entah siapa yang menyuruhnya. Padahal ibu sangat membantu keluarga ayah, adik-adik ayah, keponakan-keponakan ayah. Mereka ikut makan pun ke ibu. 
Saat itu ayah menganggur, ga punya kerjaan. Dari jakarta pulang ke rumah dan ga bisa menghasilkan apa-apa. Ibu marah karena ayah tidak mau berusaha. Seadanya mengandalkan ibu, tergantung kepada perempuan. Sedangkan ibu sendiri yang menghidupi seisi jiwa yang ada di rumah. 
Ayah tiap hari menggantungkan hidup pada ibu, semuanya ibu yang tanggung, dan ibu yang menafkahi. Belum anak-anak, orangtua dan saudaranya. 
Ayah hendak mengambil sebungkus rokok dilaci, ibu langsung melarang untuk mengambilnya. Karena ibu sudah sangat cape menghadapi sikap ayah yang setiap harinya seperti itu. Bersikap seenaknya dan ga bertanggungjawab sedikitpun. Ayah ngamuk sangat menjadi. Seisi rumah kaget karena ayah menjatuhkan lemari peralatan rumah tangga. Piring, gelas, dan barang lain jatuh pecah dan berserakan dilantai. Lemari pun terbalik. Ibu yang sangat ketakutan kala itu lari dari rumah dan pergi ke arah "cileeur" (sungai) yang ada diujung sawah sana. Cileeur itu merupakan penghubung antara kampung kelahiranku dan kampung tempat pindah aku nanti, Ibu lari sekencang-kencangnya karena sangat ketakutan melihat sikap ayah yang seperti itu. Sebelumnya tidak pernah mengamuk semenakutkan itu. Akhirnya sampailah ibu di rumah Ni Omoh adik nenek dari ibuku. Ia bercerita atas apa yang terjadi, dan ia meminta saran untuk hubungan rumah tangganya dengan ayah. Ibu sudah hampir menyerah, ingin berpisah. Tapi saran Ni Omoh jangan dulu berpisah, kasihan anak-anak yang masih kecil. Ibu disarankan untuk pindah ke kampung Ni Omoh saja. Rumah yang di Turalak sudah tidak baik lagi terlebih menghidar dari ayah dan amukannya.
Ibu mengungsi sendiri ke rumah Ni Omoh. Aku dan Kakakku masih tinggal di Turalak. Ibu seperti hilang semangat, stres, dan sangat banyak beban. Tapi ibu adalah sosok yang sangat bertanggungjawab terhadap keluarga dan anak-anaknya. Apapun akan ibu pertaruhkan demi mereka semua.
Setelah ayah sadar dan sudah di obati oleh "ajengan" yang biasa kami mintai pertolongan. Dengan baik-baik kami pindah ke kampung sebelah. Kini di rumah baru kami ada ayah, ibu, nenek, bibi, aku dan kakakku. Kakek tidak langsung ikut karena memang tidak memungkinkan. Kakek sakit. Sakitnya berbeda dengan penyakit dzohir yang biasa. Ia sakit akalnya, batinnya. Setiap hari mengumpulkan barang bekas dengan tujuan yang ga jelas. Sudah menumpuk di rumah kami yang di Turalak semenjak ditinggal pindah. Hidup pun tidak normal, senang memakai pakaian yang sudah lusuh ga pernah ganti. Mandi tidak pernah mau. Dan sakitnya ini ga bisa disembuhin :'( Bayangin aja sakitnya udah dimulai dari bibikku masih belajar merangkak dikala bayi. Sekarang bibiku 40 tahun :'( Penyakit yang ga ada obatnya, kadang kami kasian tapi kebanyakan kesal dan menjengkelkan :( Ga tau harus digimanain. Sakitnya kakek ini adalah bentuk ujian kepada keluarga kami, bentuk ujian sebuah kesabaran :)
Di usia ke 3,5 tahun aku hijrah ke tempat baru, lingkungan baru, tetangga baru dan siap memulai kehidupan baru. Bangunsirna, Iya itu kampung tempat tempat tinggalku sekarang :)

*bersambung

Mohon maaf atas kalimat yang kurang tertata :')

Senin, 06 Juni 2016

Pagi Buta di Januari 93

Pagi buta di sebuah rumah sederhana seberang pesantren Al-Huda terngiang suara tangis bayi menangis. Ya seorang wanita hebat itu tengah melahirkan seorang bayi perempuan. Ia melahirkan dibantu "ema beurang" (dukun beranak) kala itu. Maklum jaman dulu ga musim maen ceasar-caesaran kaya sekarang. ataupun aturan lahir harus di bidan. Tahun 93 belum secanggih itu ya. 
Setelah kurang lebih sembilan bulan berada di perut wanita hebat itu, akhirnya di pagi itu sang bayi bisa menghirup nafas kehidupan di dunia untuk pertama kalinya. Bayi yang sehat dengan bobot yang proporsional, kepalanya yang bulet di tambah jidat yang lebar kaya kerupuk 50 perakan jaman itu :') tega banget ya si nini bilang jidat aku kaya kerupuk :') jaman itu kerupuk 50 perak itu kaya kerupuk 1000an kalo sekarang. Iya jidat aku lebar kerupuknya kan paling gede :') 
Januari 1993 bayi itu lahir. Di kampung bernama Turalak di sebuah kota kecil di Jawa Barat.
Tanggal nya entah mana yang benar, di buku diary alm Ibu tanggal 22 Januari tapi di akte kelahiran tanggal 10 Januari. Entahlah -_- Yang jelas yang kepake sampe sekarang yang ada di akte kelahiran.

Minggu, 05 Juni 2016

Biografi blogger

Haiii..
Namaku Elin Nursolihah. Aku berasal dari sebuah kota kecil yang ada di Jawa Barat. Aku akrab dipanggil elin aja. Kalo di lingkungan rumah "neng". Kalo di rumah elin. Kalo temen-temen manggil elin, ell, bella dll. Seteraaah deh suka-suka.. ckckck
Aku sekarang sudah menginjak kepala dua lebih. Udah ga abegeh lagi pokoknya. Tapi sifatnya mungkin masih ada sedikit abegeh-abegeh mah, maklumin aja ya :)
Perawakan aku ga terlalu tinggi sih cuma sekitaran 167cm, dengan berat badan yg ga terlalu proporsional juga :D
Ga kurus ga proporsional ga gemuk juga. "Meujeuhna" kalo kata orang sunda mah.
Tapi yg namanya cewek mah ya kalo ada sedikit lemak ada yg ngelipet teh "sok soak" gimana gitu.. berharap BB kembali ke 55kg kek, syukur-syukur kurang dari itu. haha
Oke.. lanjut
Aku anak ke 2 dari dua bersaudara. Kakakku laki-laki, selisih usia kami 6 tahun kurang lah, I call his "aa". Aku udah ga punya ayah maupun ibu. Dari kecil tinggal pindah-pindah. Ikut sama nenek dan bibi, terus ikut paman, dan sekarang ikut adiknya alm nenek dari ibu. Sedih deh kalo di ceritain mah :') 
Tapi aku bersyukur banget, sangaaat bersyukur. Dibalik kehilangan orang-orang terdekat yang aku sangat sayangi, ada aja orang yang mau bersedia membukakan pintunya, memberikan tempat untuk berteduh dan berlindung. Aku yakin Allah Maha Adil. Ini semua adalah skenarioNya yang insyaallah berujung indah. Asal yakin dan terus berusaha dan berdoa untuk hidup yang lebih baik. Semua hanya tinggal menunggu waktu. Yahh.. biar waktu yang menjawabnya :')
Aku sekarang kerja di sebuah perusahaan developer kecil di kota kelahiranku. Bisa dibilang beruntung aku bisa kerja disini, selain kerjaannya nyantai alhamdulillahnya pendapatanku disini lebih dari UMR kotaku. Tau sendiri ya kotaku kan paling kecil UMRnya se-Jawa Barat :'( Lapangan kerja sedikit apalagi buat lulusan SMA kaya aku, yang Sarjana aja susah. Kalo pun ada ya mereka pada ngehonor. 
Hubungan asmaraku sekarang deket sama seseorang yang sebenernya adalah cinta pertamaku banget :') Udah 7 tahunan yang lalu, aku masih SMP kelas 3 waktu itu. Dan well sekarang dekat lagi, meskipun keadaannya sudah berbeda. Mudah-mudahan dia memang yang terbaik buat aku. Mudah-mudahan ya.. aku udah mau serius banget soalnya :') Meskipun sedikit ragu. Aku cuma bisa berdoa jika memang dia terbaik untukku tunjukkanlah, jika tidak gantilah dengan yang lebih baik dan ikhlaskanlah hatiku :')

Sementara itu dulu sedikit biografi blogger. Next aku bakal cerita yang lain lagi :)